MAPALA GEGAMA UGM Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi
Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi

Melihat Kehidupan Lain di Gua Anjani

Penelusuran Gua merupakan salah satu kegiatan kepecintaalaman di Mapala GEGAMA, Fakultas Geografi, UGM. Kegiatan penelusuran gua kali ini mempraktekkan beberapa materi dasar penelusuran gua, di antaranya pemetaan gua, teknik penelusuran gua horizontal, dan pengenalan lingkungan dalam gua. Pengukuran dan penggambaran sketsa dalam gua dilakukan sebagai data untuk pembuatan peta. Salah satu bentuk kegiatan penelusuran gua berupa eksplorasi dilakukan untuk mempelajari speleologi seperti ornamen gua dan biospeleologi.

Penelusuran gua kali ini dilakukan di Gua Anjani, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 20 Februari 2021, sebagai kegiatan Pemantapan Materi Dasar (MATRAS) bagi anggota Wiramuda XXXVII GEGAMA. Kegiatan ini diikuti oleh delapan orang yang terbagi menjadi dua tim, yaitu Merlina (Embal), Ika (Epe), Gita (Lepa), Nuno (Jukung), dan Zahra (Tembon) sebagai tim penelusur, serta Johan (Lawar), Muslih (Samin), Rakhmat (Gelam) sebagai caveguard. Kegiatan penelusuran gua dimulai dengan pemetaan gua yang menerapkan metode forward, yaitu metode pemetaan gua dengan pergerakan ke depan tanpa adanya pergantian tugas pada shooter (pembaca alat) dan stationer (target). Setelah pembacaan selesai, shooter berpindah ke stasiun dua dan stasioner berpindah ke stasiun berikutnya dan seterusnya hingga stasiun terakhir, yaitu stasiun 12.

Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan menelusuri gua untuk memperdalam ilmu speleologi. Gua Anjani setidaknya memiliki beberapa morfologi maupun bentukan ornamen gua yang cukup indah, seperti draperis, gordyn, stalagtit, stalagmit, pilar, dll. Selain itu, ditemui hewan-hewan gua seperti kelelawar, jangkrik, katak, dan laba-laba. Penelusuran Gua Anjani dilakukan dengan teknik penelusuran gua horizontal (TPGH), seperti berjalan tegak, berjalan membungkuk, dan berjalan jongkok. Teknik tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi lorong yang dilewati. Tidak jarang seorang penelusur terpeleset dan kepala terantuk. Oleh karena itu, penelusur harus menggunakan peralatan pribadi seperti helm, sepatu beralas kasar, pelampung, pakaian lapangan, dan alat penerangan.

Penelusuran gua merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan karena kita dapat melihat keindahan dalam gua, juga merasakan sunyinya gua dengan hanya ditemani suara aliran air dan gelapnya ruangan. Keindahan ornamen dan makhluk-makhluk hidup gua inilah yang harus kita jaga kelestariannya. Karenanya, setiap penelusur gua harus bersikap respek terhadap alam gua dengan tidak mengambil sesuatu kecuali mengambil potret, tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki, tidak membunuh sesuatu kecuali waktu.

Penulis : Amelia Rizki Gita Paramanandi