MAPALA GEGAMA UGM Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi
Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi

Memupuk Jiwa Petualang di Pegunungan Menoreh

Divisi Hutan Gunung adalah salah satu dari keempat divisi yang ada di Mapala GEGAMA UGM. Sesuai namanya, divisi ini selalu berkutat dengan aktivitas yang berhubungan dengan Hutan dan Gunung. Pada hari Jum’at – Sabtu, 26 – 27 Februari 2021, salah satu anggota Wiramuda, dengan ditemani ketiga anggota aktif lain berhasil menyelesaikan salah satu rangkaian pendidikan GEGAMA yaitu Pemantapan Operasional yang dilakukan di Pegunungan Menoreh, Purworejo, Jawa Tengah. Kegiatan ini bertujuan untuk mematangkan dan memantapkan kemampuan berkegiatan Wiramuda yang meliputi kegiatan dari pra kegiatan hingga pasca kegiatan.

Kegiatan Pemantapan Operasional pada kali ini beranggotakan Fahry alias Katar sebagai Wiramuda, dan ketiga anggota aktif lain yakni Akmal alias Gandos, Hendika alias Gabing, dan Dynasti alias Binte. Kegiatan Pemantapan Operasional kali ini meliputi materi-materi dasar yang sudah diberikan dan dipraktikan pada saat Diklatsar XXXVII tempo lalu yang berada di kaki Gunung Merbabu, yaitu navigasi darat dan survival. Navigasi darat adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana cara seseorang memahami kebedaraannya maupun keberadaan suatu objek disuatu medan (dalam hal ini hutan). Navigasi darat pada kali ini meliputi reseksi dan interseksi. Reseksi adalah sebuah metode untuk menentukan posisi kita dengan memanfaatkan 2 objek yang dapat kita lihat pada peta maupun pada kenyataan. Sedangkan interseksi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui keberadaan suatu objek dengan memanfaatkan 2 posisi kita yang berbeda. Untuk menunjang kegiatan navigasi darat yang sudah disebutkan, kita wajib memiliki alat utama dalam navigasi darat yaitu kompas, protaktor, OHP marker, dan Peta kontur.  Materi ini sangat menarik, karena kita bisa menentukan keberadaan kita sendiri dan keberadaan tujuan ditengah medan yang bahkan kita tidak tahu seluk beluknya.

Selain navigasi darat, materi kegiatan Pemantapan Operasional juga ada survival. Survial adalah suatu teknik bertahan hidup disegala kekurangan yang ada ketika berada disuatu medan (dalam hal ini hutan). Materi survival pada kali ini meliputi teknik membuat tempat berlindung (shelter), teknik mendapatkan air, teknik mendapatkan api, dan teknik mendapatkan makanan.  Jenis-jenis shelter ada 3 yaitu alami, semi alami, dan buatan. Shelter alami adalah shelter yang sepenuhnya terbuat dari bahan alam, seperti ranting, batang, dan daun-daunan. Shelter semi alami adalah perpaduan dari bahan alam dan bukan bahan alam, seperti pembuatan bivak menggunakan ponco. Sedangkan shelter buatan adalah tempat berlindung yang secara penuh memanfaatkan barang bukan bahan alam, seperti tenda. Pada kegiatan kali ini kita membuat shelter jenis alami, dan semi alami. Selanjutnya ada teknik mendapatkan air. Teknik mendapatkan air pada kegiatan survival kurang lebih  ada 4 teknik, yaitu solar still, kondensasi, memanfaatkan lumut, dan tadah hujan. Pada kegiatan pemantapan operasional ini kita mempraktikan teknik mendapatkan air dengan teknik solar still dan kondensasi. Selanjutnya ada teknik mendapatkan api. Pada Pemantapan Operasional kali ini kita mempraktikan teknik mendapatkan api dengan 4 metode, yaitu dengan korek api, hand drill, bow drill, dan menggunakan batu baterai. Teknik yang terakhir yaitu teknik mendapatkan makanan, baik dari tumbuhan maupun hewan. Teknik mengenali tumbuhan yang dapat kita makan adalah dengan memerika makanan tersebut, pastikan makanan bersih tanpa ada ulat atau hama lain, kemudian membau, jika terdapat bau pahit langsung buang saja, langkah selanjutnya yaitu mengecek apakah dapat menyebabkan iritasi atau tidak. Caranya adalah oleskan tumbuhan yang akan dimakan pada bagian tubuh yang sensitif, misal pergelangan tangan, siku, bibir, mulut, atau lidah jika terasa gatal langsung tinggalkan saja. Makanan dapat dikategorikan dapat dimakan jika telah lolos uji test yang telah disebutkan tadi. Selanjutnya untuk teknik mendapatkan hewan, kita mempraktikan jerat. Pada saat mempraktikan jerat, kita harus memperhatikan beberapa hal yaitu pemasangan jerat harus jauh dari lintasan manusia dan pemasangan jerat usahakan berada pada lintasan gerak hewan, hal ini dapat dilihat jika ada tanda-tanda hewan misalkan kotoran, bau, bulu, sisa makanan, ataupun liang.

Kegiatan Pemantapan Operasional kali ini sangat memuaskan, karena kawasan menoreh dapat dibilang memadahi dan mendukung untuk melakukan materi-materi navigasi darat maupun survival. Untuk navigasi darat kita dapat dengan jelas melihat kenampakan-kenampakan yang ada sehingga kita mudah melakukan reseksi maupun interseksi. Sedangkan survival, di Kawasan Menoreh ini dapat ditemukan banyak tumbuhan dan hewan, sehingga kita bisa mendapatkan beberapa makanan untuk bertahan hidup.

Penulis : Fahry Adhi Satrio