MAPALA GEGAMA UGM Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi
Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi

Keberanian dan Dedikasi dalam Simulasi SAR dan ESAR di Bukit Buju

Kegiatan DIKJUT Divisi Hutan Gunung telah dilakukan selama 3 hari yaitu mulai dari tanggal 23-25 Juni 2023 di Bukit Buju, Kopeng Wetan, Sutopati, Kajoran, Magelang, Jawa Tengah. Kegiatan ini diikuti oleh 16 peserta yang terdiri dari 6 orang anggota aktif GEGAMA dan 10 orang anggota wiramuda GEGAMA. Anggota aktif GEGAMA yaitu Soenja (Solu), Itul (Canang), Pudy (Ligu), Wafiq (Sepa), Fahri (Posoy), dan Azizah (Randai). Sedangkan 10 anggota wiramuda yaitu Adi (Gamang), Radell (Badik), Mahad (Mandau), Yordan (Pudhak), Jariyan (Torong), Maulydia (Mundhu), Tri (Juwis), Salma (Menik), Elma (Rintip), dan Lia (Jeprak). Materi kegiatan DIKJUT ini yaitu Search and Rescue (SAR) dan Explore Search and Rescue (ESAR).

SAR (Search and Rescue) adalah usaha dan kegiatan kemanusiaan untuk mencari dan memberikan pertolongan kepada manusia/harta benda yang hilang. Pada DIKJUT kali ini lebih berfokus pada ESAR (Explore Search and Rescue), ESAR yaitu salah satu ilmu SAR yang dikembangkan untuk menangani situasi darurat (tersesat/hilang), atau tertimpa musibah saat melakukan penjelajahan di alam bebas. Penekanan ESAR lebih pada teknik pencarian yang dikerjakan oleh SRU (Search Rescue Unit) darat sehingga navigasi gunung menjadi sesuatu yang mutlak untuk dikuasai. Simulasi ESAR yang dilakukan adalah penyimulasian susunan organisasi dan metode pergerakan Susunan organisasi operasi SAR yang digunakan adalah SMC (Search Mission Coordinator) dan SRU. SMC dijabat oleh seseorang yang mempunyai kemampuan yang sudah ditentukan dan berugas melaksanakan evaluasi kejadian, perencanaan, serta koordinasi pencarian. SMC disimulasikan oleh Soenja (Solu), Itul (Canang), dan Mahad (Mandau).

Sebelum dilakukan operasi ESAR, didapatkan laporan orang hilang atas nama Jariyan (Torong), laki-laki 18 tahun yang hilang di Bukit Buju pada Jumat, 23 Juni 2023 pukul 17.00 WIB dan melapor pada SMC di hari Sabtu, 24 Juni 2023 pukul 05.00 WIB. Jariyan sebagai survivor dinyatakan hilang saat akan pergi berjalan untuk buang air kecil. Cuaca saat itu cerah dan survivor diketahui memliki ciri-ciri memiliki pipi tembam dan memakai kacamata, menggunakan baju hitam dan celana panjang krem serta bersepatu. Setelah mendapatkan laporan tersebut, dibentuk dua tim SRU. Tim SRU 1 beranggotakan empat orang yakni, Azizah (Randai), Radell (Badik), Maulydia (Mundhu), dan Yordan (Pudhak). Tim SRU 2 beranggotakan lima orang yakni, Adi (Gamang). Pudy (Ligu), Wafiq (Sepa), Tri (Juwis), dan Lia (Jeprak). Metode pergerakan yang digunakan yaitu metode detection. Metode detection adalah suatu metode pergerakan ESAR yang mempertimbangkan untuk kemungkinan menemukan subyek atau barang-barang tercecer yang ditinggalkan yang akan mempersempit search area (Upaya dari ESAR atau SRU untuk melakukan penyapuan pada search area yang telah ditentukan oleh SMC).

Pada Pukul 10.00 WIB tim SRU berjalan menuju titik semu 1 dengan arahan SMC yaitu menuju arah 225º sejauh 575 meter. Setelah sampai menuju titik semu 1, kedua tim SRU bergerak berpisah dengan arahan SMC. Metode detection yang digunakan yaitu Tipe III search (close grid) karena area pencarian yang terbatas dan jarak pandang yang terbatas sehingga hasil yang ingin dicapai adalah pencarian yang cermat atas area yang spesifik. Penyisiran secara close grid menyebrangi sungai dan menaiki bukit dengan medan yang terjal dan curam serta tanah yang lapuk sehingaa sangat rawan longsor.Survivor tidak ditemukan oleh kedua SRU pada hari pertama pencarian sehingga Tim SRU memutuskan mendirikan tenda pada pukul 17.00 WIB karena hari yang sudah gelap sehingga pencarian di teruskan esok harinya. Selanjutnya pencarian dilanjutkan pada hari Minggu, 25 Juni 2023 pukul 08.00 WIB dengan melakukan penyisiran secara close grid dengan medan yang terjal dan cukup curam. Medan yang dilalui cukup sulit, menurun dan vegetasi rapat. Karena survivor masih belum ditemukan pada hari kedua pencarian, maka pencarian dihentikan. Tim SRU diberikan koordinat korban oleh SMC untuk bertemu di titik korban lalu bersama-sama kembali menuju basecamp.

Dalam kegiatan DIKJUT kali ini, metode ESAR tidak dapat disimulasikan seluruhnya karena hanya menggunakan metode detection serta survivor pada kegiatan ini tidak berhasil ditemukan. Kemamupuan seluruh struktur operasi pencarian dalam navigasi darat, pengetahuan medan, penguasaan penggunaan peta dan kompas, dan komunikasi yang singkat namun dapat mudah dipahami menjadi modal dalam kegiatan simulasi ESAR ini. Selain itu kemampuan dalam menjaga keselamatan diri dan penguasaan pada kondisi kegawat daruratan juga penting diperhatikan agar tim pencari (SRU) dan korban dapat selamat.

Penulis: Aprilia Partini