MAPALA GEGAMA UGM Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi
Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi

Genggam Cengkram Pancal dalam Menaklukkan Tebing Pantai Siung

Genggam Cengkram Pancal dalam Menaklukkan Tebing Pantai Siung

Desiran ombak Pantai Siung kembali terdengar, kegiatan DIKJUT 1 Divisi Panjat Tebing GEGAMA dilaksanakan di Tebing Pantai Siung, Gunungkidul. Kegiatan DIKJUT 1 berlangsung selama tiga hari dua malam, tepatnya pada hari Jumat – Minggu, 26 – 28 April 2024. Kegiatan ini wajib diikuti oleh anggota Wiramuda Diklatsar XLI Divisi Panjat Tebing GEGAMA sebagai rangkaian kegiatan pendidikan. Tidak hanya itu, dalam DIKJUT 1 ini, kami juga diajarkan bagaimana cara dalam memanajemen kegiatan untuk kegiatan operasional yang berlangsung.

Kegiatan DIKJUT 1 Divisi Panjat Tebing diikuti oleh lima anggota wiramuda Diklatsar XLI, yaitu Alvin (Jalak), Filda (Emprit), Nara (Tutu), Faiza (Orru), dan Adinda (Apung); empat anggota biasa yang aktif, yaitu Clara (Rikuh), Salma (Menik), Elma (Rintip), dan Eswa (Peni); serta Adrian (Gatheng), Stefani (Karih), dan Mahad (Mandau) sebagi anggota pasca. Materi yang disampaikan pada kegiatan ini adalah leading dan cleaning, artificial, serta multipitch.

Pada hari pertama kami melakukan perjalanan menuju Pantai Siung, perjalanan ditempuh cukup lama karena kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Sesampainya di Pantai Siung, kami mulai mendirikan tenda sebagai tempat untuk bermalam. Kegiatan pada hari kedua dimulai dengan leading dan cleaning serta artificial. Leading dan cleaning dilakukan pada jalur dua, sedangkan artificial dilakukan pada jalur nol. Leading merupakan teknik yang dilakukan pemanjat dengan memasang peralatan berupa pengaman, sedangkan cleaning merupakan teknik mengambil kembali peralatan atau pengaman yang digunakan pada saat melakukan pemanjatan. Artificial merupakan suatu teknik dengan memasang alat pengaman atau pegangan dengan membutuhkan keterampilan dan kesabaran pemanjat dalam menemukan celah pada tebing agar dapat dipasang pengaman.

Hari ketiga, kegiatan yang dilakukan adalah pemanjatan multipitch. Multipitch merupakan teknik pemanjatan yang dilakukan oleh dua orang dan dalam pemanjatan dibutuhkan station belay. Multipitch dilakukan jika tebing yang akan dipanjat berupa tebing yang tinggi dan besar sehingga panjang tali dan ketersediaan pengaman menjadi hal yang harus diperhatikan. Pemanjatan multipitch dilakukan dengan leader yang melakukan pemanjatan pertama dan berhenti pada station satu, lalu memasang instalasi pengaman untuk belayer yang akan melakukan pemanjatan sebagai pemanjat kedua. Setelah kedua pemanjat bertemu di station satu, kedua pemanjat dapat saling bertukar alat karena pemanjat kedua akan meneruskan pemanjatan menuju station kedua. Hal tersebut dapat dilakukan secara berulang hingga kedua pemanjat sampai pada puncak tebing. Multipitch memerlukan persiapan kondisi fisik yang prima serta menyadarkan pentingnya kerja sama dan komunikasi yang baik karena komunikasi antara pemanjat merupakan sebuah kunci dalam melakukan pemanjatan.

Panjat tebing bukan hanya semata keberanian yang diutamakan, tetapi penguasaan teknik perlu dilakukan. Melakukan olahraga panjat tebing dapat menyehatkan tubuh dan menguatkan otot tubuh terutama kaki dan tangan. Tidak jarang saat melakukan pemanjatan, akan mendapatkan bebepa luka seperti lecet dan memar, tetapi hal tersebut tidak menjadi penghalang. Justru dengan luka tersebut kami merasa lebih berani dan memiliki tekad, terlebih lagi pemandangan Pantai Siung yang ditawarkan membuat suasana hati menjadi tenang. Tebing yang terdapat di Pantai Siung merupakan salah satu destinasi populer bagi kalangan pencinta panjat tebing sehingga menjadikan Tebing Siung sebagai surganya para pemanjat di wilayah sekitar Gunungkidul.

 

Penulis: Nara Santhi Ratna Utami alias Tutu

Editor: Clara Alverina alias Rikuh