Bentang Alam dan Budaya Gunung Batur Agung

8 Maret 2025, Gunungkidul – GEGAMA kembali melakukan kegiatan observasi lingkungan di Gunung Batur Agung, yang berada di Gunungkidul tepatnya di Dusun Karang Wetan, Kelurahan Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY, pada koordinat 7°55’33,6”LS 110°42’24,7”BT. Letak Gunung Batur Agung sangat unik karena saling berdekatan dengan gunung lain seperti Gunung Ireng dan Nglanggeran. Gunung Batur Agung memiliki daya tarik tersendiri, walaupun ukurannya yang tidak terlalu besar dan ketinggian yang relatif rendah yaitu kurang lebih 410 mdpl.
Gunung Batur Agung termasuk dalam sebuah rangkaian gunung yaitu Rangkaian Gunung Baturagung. Rangkaian Pegunungan Baturagung ini dimulai dari bagian barat pada tinggian Gunung Sudimoro (507 m) di daerah Dlingo, Bantul lalu ke utara hingga daerah Patuk, Gunungkidul dan berbelok ke timur melalui Gunung Nglanggeran lalu Gunung Baturagung (828 m) hingga Gunung Gajah Mungkur (737 m) di Wonogiri (BPBD Kab Gunungkidul, 2018). Sama seperti gunung lain pada rangkaian Gunung Baturagung yang dulunya merupakan gunung api aktif. Gunung Batur Agung terbentuk akibat proses tektonik dari dalam laut, hal ini menjelaskan juga bahwa dulunya Gunung Batur Agung merupakan gunung api bawah laut. Dari proses tektonik, erosi, dan litifikasi, Gunung Batur Agung membentuk sesar opak. Aliran sungainya memiliki pola radial dan trellis serta berada pada formasi semilir. Gunung Batur Agung memiliki material yang terdiri dari batuan dasit, batu pasir tufan, dan serpih.
Tanah Gunung Batur Agung sangat subur yang ditandai dengan vegetasi yang beragam dan banyaknya persawahan ataupun perkebunan milik warga setempat. Kesuburan tanah Gunung Batur Agung dikarenakan karakteristiknya yang merupakan tanah latosol, memiliki warna kecoklatan, serta sifat drainase yang baik menjadikan faktor tanah di Gunung Batur Agung subur.
Gunung wilayah selatan ini memiliki topografi bergelombang dan berbukit, air di permukaan bersifat intermiten yaitu hanya mengalir saat hujan, dan sumber air tanah dapat ditemukan pada kedalaman 6 m hingga 12 m dari permukaan tanah. Berdasarkan hasil observasi, diperkirakan bahwa meskipun terdapat air tanah di daerah ini, kedalamannya tidak terlalu dangkal. Sementara itu, air permukaan di wilayah ini memiliki kedalaman yang relatif dangkal, dengan kualitas yang baik, meskipun kuantitasnya terbatas. Air permukaan tersebut jernih, tidak berbau, dan digunakan oleh penduduk setempat untuk irigasi serta memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Gunung Batur Agung memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang relatif terbatas di bagian puncaknya, tempat lokasi observasi. Flora yang tumbuh di kawasan ini umumnya adalah tanaman yang memerlukan sedikit air, seperti pohon jati, jagung, singkong, kacang-kacangan, akasia, dan randu. Sedangkan fauna yang ditemukan di daerah tersebut antara lain kodok, nyamuk, kaki seribu, cacing, tupai, dan ular. Meskipun kondisi alam di puncak Gunung Batur Agung tidak begitu mendukung keberlangsungan berbagai jenis makhluk hidup, keberadaan fauna seperti tupai dan kodok menunjukkan bahwa lingkungan di kawasan ini masih cukup terjaga. Salah satu masalah lingkungan yang pernah terjadi di Gunung Batur Agung adalah kekeringan, yang disebabkan oleh terbatasnya jumlah air permukaan dan kedalaman air tanah yang cukup jauh. Selain itu, fenomena longsor juga pernah terjadi di wilayah ini.
Gunung Batur Agung memiliki tipe bentang budaya pedesaan atau rural yang didominasi usia tua atau lansia. Banyaknya penduduk usia lanjut tersebut menggambarkan keadaan lingkungan di kawasan Gunung Batur Agung masih asri dan sehat, sehingga memiliki angka harapan hidup yang tinggi. Kualitas SDM masyarakat cukup rendah yang ditandai dengan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat disana adalah sekolah menengah. Hal itu juga mempengaruhi variasi mata pencaharian masyarakat disana yang kebanyakan petani dan pedagang.
Kepercayaan atau keragaman agama di wilayah Gunung Batur Agung terdiri dari agama Islam sekitar 95%, Katolik 2%, Kristen 2%, dan lainnya sekitar 1%. Kebudayaan disana juga masih sangat terjaga, yang paling terkenal adalah Sekaten dan Rasulan. Terlestarinya budaya tersebut tak jauh dari peranan kelompok atau organisasi masyarakat yang masih aktif, seperti PKK dan Karang Taruna. Meskipun memiliki sebuah wadah atau organisasi untuk masyarakat dan anak muda untuk bisa berkembang, namun sangat disayangkan banyak dari mereka yang terkena dampak buruk dari perkembangan teknologi, salah satunya judi online. Akhir-akhir ini juga banyak kabar bahwa angka kasus bunuh diri di Gunungkidul meningkat.
Disimpulkan bahwa Gunung Batur Agung merupakan kekayaan alam Indonesia yang memiliki potensi besar, baik dari sumber daya alamnya dan manusianya. Keanekaragaman alamnya dapat dimanfaatkan dalam sektor pariwisata dan hal tersebut akan berpengaruh terhadap sumber daya manusianya, yang secara tak langsung mereka memiliki sumber mata pencaharian baru di Gunung Batur Agung dan memiliki kegiatan yang lebih positif dan terjauh dari dampak buruk perkembangan teknologi dan tekanan sosial.
Kegiatan observasi lingkungan yang dilakukan oleh Wiramuda Diklatsar XLII GEGAMA ini memberikan manfaat yang nyata, baik bagi lingkungan sekitar maupun bagi para peserta. Melalui observasi ini, peserta dapat memahami lebih dalam karakteristik geologi, ekologi, dan sosial budaya Gunung Batur Agung, sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat setempat. Selain itu, hasil observasi ini juga dapat menjadi bahan kajian bagi berbagai pihak dalam mengembangkan potensi kawasan, terutama di sektor pariwisata dan ekonomi berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya memperkaya wawasan peserta, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi pelestarian dan pemanfaatan lingkungan yang lebih bijak di masa depan.
Penulis : Yoel Panji Kristianto
Editor : Tasya Cahya Ananda