MAPALA GEGAMA UGM Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi
Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi

Latsar Insidental di Gunungapi Purba Nglanggeran

Latsar Insidental di Gunungapi Purba Nglanggeran

Hutan Gunung atau yang dapat disebut juga dengan kegiatan Mountaineering dalam bahasa Inggris merupakan suatu aktivitas penjelajahan alam yang berfokus pada lingkungan hutan dan gunung. Hutan Gunung sendiri merupakan salah satu kegiatan kepecintaalaman yang didalami dan dipraktikkan dalam Latihan Dasar Mapala GEGAMA, Fakultas Geografi. Dalam kegiatan Hutan Gunung, materi yang disampaikan berupa Ilmu Medan dan Kompas (IMPK), Navigasi Darat di mana dalam prakteknya terdapat reseksi dan interseksi, serta Survival di mana dalam prakteknya terdapat materi Bivak: alami dan semi alami, sumber makanan, pencarian air, dan pembuatan api.

Kegiatan Latsar Insidental Hutan Gunung ini dilaksanakan di Gunungapi Purba Nglanggeran, Desa Wisata Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DI Yogyakarta, pada tanggal 25 Februari 2023. Kegiatan ini diikuti oleh 11 orang peserta yang terdiri dari anggota Wiramuda XXXVIII GEGAMA, yaitu Igoh (Dampu), Adi (Gamang), Dea (Bekel), Aisyah (Dende), Itul (Canang), Majiid (Gatheng), Rifki (Tembing), Wafiq (Sepa), Pudy (Ligu), Azizah (Randai), dan Fahri (Posoy). Hutan Gunung dilaksanakan dalam satu waktu dengan pemateri kegiatan: Canang, Randai, dan Posoy.

Kegiatan hutan gunung diawali dengan review materi terkait sistem pergerakan seperti conturing dan potong kompas. Selain itu, di paparkan terkait susunan tim dalam pergerakan hutan gunung seperti leader, sweeper, dan navigator. Alat alat yang digunakan dalam matras hutan gunung meliputi kompas, peta, protaktor, alat tulis, survival kit dan checklist yang mana masing masing peserta memiliki alat alat tersebut secara mandiri. Pergerakan di mulai dengan peserta bergerak melalui punggungan. Punggungan dapat dilihat melalui peta kontur dengan melihat bentukan garis kontur yang membentuk huruf u dengan kerapatan kontur yang cukup rapat. Setelah melakukan pergerakan peserta kemudian melakukan orientasi medan. Hal tersebut dilakukan agar peserta paham dengan medan operasi. Orientasi medan didasarkan pada checklist yang sudah ada yang meliputi kenampakan bentang alam dan bentang budaya.

Selanjutnya dilakukan pergerakan menuju punggungan yang lain untuk selanjutnya melakukan reseksi interseksi. Sebelum melakukan reseksi dan interseksi dilakukan review materi terkait potong kompas. Reseksi digunakan untuk menentukan posisi pengamat sedangkan interseksi dilakukan untuk menentukan posisi suatu titik yang di amati. Reseksi di lakukan di salah satu punggungan yang terbuka untuk memudahkan pengamat menentukan posisi dengan menembak salah satu bentukan alam seperti bukit sebagai acuan dalam penentuan posisi suatu pengamat. Setelah melakukan kegiatan pergerakan yang meliputi konturing dan potong kompas, kemudian dilakukan kegiatan survival. Survival dilakukan ketika berada di alam dengan tujuan bertahan hidup dengan memanfaatkan apa yang tersedia di alam untuk di manfaatkan semaksimal mungkin. Kegiatan survival meliputi pembangunan bivak semi alami, pencarian sumber makanan, air, dan api. Diharapkan dengan adanya kegiatan pemantapan operasional para peserta dapat memperoleh ilmu dan kemampuan dasar terutama dalam bidang sistem pergerakan dan survival hutan gunung.

Penulis: Rifqi