MAPALA GEGAMA UGM Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi
Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi

Berpetualang Menjelajah Keindahan Bukit Mongkrang

    Kegiatan MATRAS atau Pemantapan Operasional Divisi Hutan Gunung GEGAMA telah berhasil dilaksanakan pada hari Jumat – Minggu, 26 – 28 November 2021. Kegiatan MATRAS ini berlokasi di Bukit Mongkrang yang secara administratif terletak di Gondosuli Kidul, Tlogodringo, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Kegiatan ini diikuti oleh 8 Wiramuda yang ditemani oleh 11 Anggota biasa yang aktif GEGAMA. Pemantapan Operasional ini dilaksanakan dengan tujuan memberikan dan memantapkan pemahaman kepada Wiramuda mengenai kemampuan berkegiatan serta materi dasar dalam berkegiatan di Divisi Hutan Gunung. 

     Kegiatan MATRAS kali ini diikuti oleh Majiid (Gatheng), Pudyastowo (Ligu), Wafiq (Sepa), Fahri (Posoy), Annisa (Asak), Kiki (Dakon), Azizah (Randai), dan Hafin (Ponton) sebagai Wiramuda serta didampingi oleh Fahry (Katar), Soenja (Solu), Sistha (Kole), Nuno (Jukung), Gita (Lepa), Haris (Baito), Zahra (Tembon), Hendika (Gabing), Akmal (Gandos), Dynasti (Binte), dan Selly (Lempah) sebagai Anggota biasa yang aktif GEGAMA. Kegiatan kali ini mencakup materi-materi dasar yang sebelumnya telah dipaparkan pada DIKLATSAR XXXVIII GEGAMA dan materi ruang serta dipraktikan pada simulasi kegiatan. Beberapa materi ini mencakup navigasi darat (narat) serta teknik survival. Navigasi darat pada dasarnya merupakan ilmu navigasi atau pemahaman tentang bagaimana seseorang dapat memahami keberadaannya serta keberadaan objek-objek di sekitarnya atau yang ada pada medan. Selain memahami keberadaan (posisi/lokasi), navigasi darat juga diperuntukkan guna mengetahui ke arah mana kita akan pergi atau jalur mana yang sebaiknya diambil untuk sampai ke lokasi yang diinginkan. Navigasi darat ini terdiri atas 2 teknik, yaitu reseksi (resection) dan interseksi (intersection).

     Reseksi adalah sebuah teknik yang digunakan untuk menentukan posisi pengamat dengan memanfaatkan 2 objek/kenampakan yang dapat dilihat pada peta atau pada medan. Sebelum melakukan reseksi, pengamat perlu melakukan orientasi medan dengan cara melihat medan atau kondisi sekitar kemudian dicocokkan dengan yang ada di peta. Hal ini penting untuk mengetahui dan memahami kondisi medan sekitar serta membuat perkiraan letak pengamat pada peta. Sedangkan interseksi merupakan teknik untuk mengetahui lokasi suatu objek yang memanfaatkan 2 lokasi pengamat berbeda. Suatu objek dibidik menggunakan kompas bidik kemudian pengamat berjalan ke lokasi lain dan membidik objek yang sama sehingga ditemukan perpotongan garis dari hasil kedua sudut. Perpotongan inilah yang menjadi lokasi objek tersebut. Itulah kenapa teknik ini disebut dengan interseksi dari kata intersection yang berarti “perpotongan” atau “pertemuan”. Dalam mempraktikkan materi ini, jangan lupa untuk menyiapkan alat penunjang, berupa kompas bidik, protaktor, OHP Marker, Peta kontur wilayah tersebut, dan dapat pula ditambah dengan clipboard atau papan jalan. Alat-alat ini wajib dipenuhi agar proses navigasi darat dapat berjalan lancar.

     Selain navigasi darat, MATRAS kali ini juga mempelajari teknik survival atau teknik bertahan hidup. Teknik survival pada dasarnya merupakan teknik untuk bertahan hidup di alam dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada. Teknik ini mendorong kita untuk memanfaatkan apa saja yang dapat digunakan untuk bertahan hidup tanpa merusak lingkungan. Komponen dasar yang dipelajari dalam teknik survival pada dasarnya merupakan komponen dasar yang harus dipenuhi manusia agar dapat tetap hidup, meliputi teknik membuat tempat berlindung (shelter), teknik membuat api, teknik mendapatkan air, dan teknik memperoleh makanan. Terdapat 3 jenis shelter yang dibagi berdasarkan sumber bahan untuk membuatnya, yaitu alami, semi-alami, dan buatan.

    Shelter alami merupakan shelter yang sepenuhnya terbuat dari bahan-bahan alam, seperti ranting, dahan, kayu, daun, batang, sulur, akar, bahkan batu. Semi-alami merupakan perpaduan antara bahan alam dengan bahan non-alam, seperti pembuatan bivak menggunakan ponco yang diikatkan pada pohon. Shelter buatan adalah shelter yang seluruhnya dibuat menggunakan bahan non-alam, seperti tenda.

     Selanjutnya ada teknik mendapatkan api. Pada Pemantapan Operasional kali ini kita mempraktikan teknik mendapatkan api dengan 4 metode, yaitu dengan korek api, hand drill, bow drill, dan menggunakan batu baterai. Teknik yang terakhir yaitu teknik mendapatkan makanan, baik dari tumbuhan maupun hewan. Teknik mengenali tumbuhan yang dapat kita makan adalah dengan mengamati dan memeriksa makanan tersebut, pastikan makanan bersih tanpa ada ulat atau hama lain, kemudian makanan dibau, jika terdapat bau pahit maka makanan tersebut tidak dapat dimakan, langkah selanjutnya yaitu mengecek apakah makanan tersebut dapat menyebabkan iritasi atau tidak. Caranya yakni dengan  mengoleskan tumbuhan yang akan dimakan pada bagian tubuh yang sensitif, seperti pergelangan tangan, siku, bibir, mulut, atau lidah, Apabila terasa gatal langsung maka makanan tersebut tidak dapat dimakan. Makanan dapat dikategorikan dapat dimakan jika telah lolos uji test yang telah disebutkan tadi yakni tidak berbau, tidak menyebabkan iritasi atau gatal. Selanjutnya untuk teknik mendapatkan hewan, kita mempraktekkan menggunakan jerat. Pada saat mempraktikkan dengan jerat, kita harus memperhatikan beberapa hal yaitu pemasangan jerat harus jauh dari lintasan manusia dan pemasangan jerat diusahakan berada pada lintasan gerak hewan, hal ini dapat dilihat jika terdapat tanda-tanda jejak hewan seperti  kotoran, bau, bulu, sisa makanan, ataupun liang.

     Teknik selanjutnya adalah teknik mendapatkan air. Air sangatlah penting karena tanpa air manusia hanya dapat bertahan 2-3 hari. Teknik ini terdiri atas 5 teknik dasar, yaitu kondensasi, solar still, memanfaatkan tumbuhan lumut, mencari aliran air, dan tadah hujan. Solar still merupakan teknik pencarian air dengan cara membuat sebuah lubang dengan kedalaman kurang lebih 10 cm kemudian masukan wadah kedalam lubang lalu tutup dengan plastik dan taruh batu sebagai pemberat di ujung dan di tengah plastik. Lalu, uap air akan naik ke atas dan mengembun di bagian bawah plastik. Karena diberi pemberat, embun ini akan mengalir ke tempat yang lebih rendah dan menetes di wadah. Teknik kedua yakni kondensasi, kondensasi merupakan pencarian air dengan memanfaatkan proses transpirasi dan fotosintesis tanaman. Langkah yang dilakukan yakni mencari pohon yang tidak terlalu tinggi, lalu ambil segerombol dedaunan yang terkena sinar matahari dan masih muda kemudian masukkan ke dalam kantong plastik. Ikat erat di bagian ujungnya. Teknik ketiga yakni memanfaatkan tumbuhan lumut, cara ini dapat dilakukan dengan mencari lumut yang biasanya menempel pada pepohonan, kumpulkan lumut sebanyak mungkin lalu peras dan arahkan ke mulut untuk mengalirkan air. Teknik keempat yakni dengan mencari aliran air, aliran air dapat ditemukan di lembah-lembah yang dialiri sungai. Teknik terakhir yakni dengan cara tadah hujan, teknik ini dapat dilakukan dengan cara menangkap air hujan menggunakan wadah, namun teknik ini hanya bisa dilakukan ketika musim hujan.

     Kegiatan Pemantapan Operasional kali ini dapat mengasah pengetahuan baik teori maupun praktek, karena kawasan Bukit Mongkrang  dapat dibilang cukup memadai dan mendukung untuk melakukan materi-materi navigasi darat maupun survival. Untuk navigasi darat kita dapat melihat kenampakan-kenampakan yang ada sehingga kita mudah melakukan reseksi maupun interseksi. Sedangkan survival, di Kawasan Bukit Mongkrang  ini dapat ditemukan tumbuhan yang terseleksi dan dapat dimakan selain itu dapat ditemukan aliran air dan tumbuhan lumut. Sehingga kita bisa mendapatkan beberapa makanan dan minuman  untuk bertahan hidup.

Penulis: Muhammad Adrian Majiid (Gatheng) dan Pudyastowo (Ligu)