Panjat Tebing merupakan salah satu divisi kegiatan kepencintaalaman yang ada di Mapala GEGAMA. Tanggal 5 – 7 Maret 2021, Divisi Panjat Tebing GEGAMA melaksanakan kegiatan Pendidikan Lanjut (DIKJUT) bagi anggota Wiramuda XXXVII GEGAMA. Adapun kegiatan dilaksanakan di Tebing Siung, Kabupaten Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta. Pendidikan Lanjut 1 (DIKJUT) merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Wiramuda XXXVII untuk meningkatkan kemampuan dalam panjat tebing dan dilaksanakan setelah rangkaian kegiatan Pemantapan Materi Dasar (MATRAS) pada tanggal 2 Februari 2021 di Tebing Samigaluh, Kulonprogo, D.I. Yogyakarta.
Kegiatan DIKJUT 1 Divisi Panjat Tebing diikuti oleh sembilan orang anggota yaitu Zahra (Tembon), Heldi (Doti), Sistha (Kole), Arfi (Pakur), Ali (Docang), Nurul (Mandai), Nurar (Timphan), Alya (Dendeng), dan Silpia (Guci). Pada kegiatan ini, materi yang disampaikan adalah Leading, Cleaning, Artificial, Multipitch, dan Pemetaan Tebing. Ada dua jalur tebing yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu jalur 1 dan jalur 2.
Kegiatan panjat tebing diawali dengan materi leading dan cleaning yang dilakukan pada jalur 1 tebing Siung. Leading merupakan teknik pemanjatan dimana orang yang sebagai pemanjat atau leader dan seorang pengaman (Belayer) yang berada dibawah. Leader bertugas memasang alat pengaman yaitu Runner yang dipasangkan pada anchor yang menempel dinding, serta melakukan snapping atau memasang tali pada runner yang telah dipasang. Cleaning merupakan teknik membersihkan jalur yakni dengan cara mengambil kembali alat pengaman yang dipakai pada saat pemanjatan. Teknik cleaning yang dipraktekan yaitu teknik full cleaning.
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan mempraktikan dan memperdalam materi artificial climbing yang dilakukan pada jalur 2. Artificial Climbing adalah teknik pemanjatan yang dilakukan pada tebing dengan memanfaatkan pengaman alam (natural anchor) dengan cara menyelipkan peralatan khusus pada celah atau lubang yang ada pada dinding tebing. Peralatan khusus yang digunakan untuk menyelipkan pada celah dinding tebing berupa sling, prusik, hexa, stopper, dan friend serta tambahan alat berupa snap. Pemanjatan dilakukan dengan cara yang sama seperti sebelumnya dengan peran seorang pemanjat (leader) dan seorang pengaman (belayer). Pemanjat (leader) melakukan pemanjatan dengan membawa alat-alat tambahan berupa peralatan khusus yang disebutkan sebelumnya. Banyaknya tipe celah atau lubang pada dinding tebing menjadikan banyak pilihan untuk memasang pengaman, sehingga ini dapat menguji kemampuan pemanjat dalam memilih celah yang tepat dan aman ketika melakukan pemanjatan. Untuk menguji keamanan lubang yang telah dipasang alat artificial tersebut dapat dilakukan dengan menghentakkan (menarik) alat tersebut ke segala arah, sehingga pengaman dapat dipastikan terpasang dengan kokoh. Pada materi artificial climbing ini cukup menguji adrenalin karena secara mandiri harus membuat pengaman sendiri.
Materi yang dipraktikkan selanjutnya yaitu pemanjatan dengan teknik Multipitch. Teknik multipitch adalah sebuah teknik dalam pemanjatan tebing yang dilakukan dengan membagi beberapa pitch (bagian) dengan tujuan untuk mempermudah pemanjatan sampai puncak tebing. Teknik ini dilakukan oleh leader dan belayer yang bergantian peran satu sama lain. Biasanya teknik ini dilakukan dengan alasan keterbatasan alat karena paanjang tali yang lebih pendek dari jalur tebing dan keterbatasan fisik pemanjat. Langkah awal teknik ini dilakukan dengan pemanjat (leader) yang melakukan pemanjatan terlebih dahulu. Ketika sudah mencapai batasnya atau sampai pada teras tebing, pemanjat (leader) memberhentikan pemanjatannya dan melakukan pemasangan instalasi pengaman. Instalasi pengaman memanfaatkan peralatan seperti cowstail, sling, snap, dll. Ketika instalasi pengaman sudah terpasang, maka kemudian leader tersebut akan berperan sebagai belayer dan belayer sebelumnya akan berperan sebagai leader untuk melakukan pemanjatan sampai teras berikutnya. Peran tersebut terus dilakukan secara bergantian hingga mencapai puncak tebing.Materi yang dipraktikkan selanjutnya yaitu pemanjatan dengan teknik Multipitch. Teknik multipitch adalah sebuah teknik dalam pemanjatan tebing yang dilakukan dengan membagi beberapa pitch (bagian) dengan tujuan untuk mempermudah pemanjatan sampai puncak tebing. Teknik ini dilakukan oleh leader dan belayer yang bergantian peran satu sama lain. Biasanya teknik ini dilakukan dengan alasan keterbatasan alat karena paanjang tali yang lebih pendek dari jalur tebing dan keterbatasan fisik pemanjat. Langkah awal teknik ini dilakukan dengan pemanjat (leader) yang melakukan pemanjatan terlebih dahulu. Ketika sudah mencapai batasnya atau sampai pada teras tebing, pemanjat (leader) memberhentikan pemanjatannya dan melakukan pemasangan instalasi pengaman. Instalasi pengaman memanfaatkan peralatan seperti cowstail, sling, snap, dll. Ketika instalasi pengaman sudah terpasang, maka kemudian leader tersebut akan berperan sebagai belayer dan belayer sebelumnya akan berperan sebagai leader untuk melakukan pemanjatan sampai teras berikutnya. Peran tersebut terus dilakukan secara bergantian hingga mencapai puncak tebing.
Kegiatan terakhir yang dilakukan yaitu melakukan pemetaan tebing. Pemetaan dilakukan dengan melakukan pengukuran panjang jalur hingga pencatatan jenis pengaman atau pegangan pada tebing. Pemanjat (leader) memiliki tugas yaitu untuk mendeskripsikan apa saja yang terdapat pada jalur tebing seperti jenis pengaman atau pegangan. Jenis-jenis pegangan yang terdapat pada dinding tebing seperti pinch, open, side grip, dll. Setiap jenis pegangan yang dipegang dan aktivitas yang dilakukan oleh pemanjat (leader) akan dicatat beserta waktunya oleh pencatat yang berada dibawah. Selain itu, juga ada peran ilustrator yang berperan untuk menggambar dan mengilustrasikan bentukan jalur tebing yang digunakan serta menggambarkan setiap kejadian yang dideskripsikan oleh pemanjat. Selanjutnya ada peran tambahan yang berada dibawah untuk menandai tali pada belayer. Tali yang berada didekat figure 8 pada belayer ketika pucuk tali pada leader mencapai runner akan ditandai dengan menggunakan selotip agar mudah ditandai. Hal tersebut dilakukan hingga pemanjat (leader) mencapai anchor terakhir. Setelah itu, dilakukan pengukuran jalur dengan mengukur panjang tali yang telah ditandai dengan menggunakan selotip tersebut.
Panjat tebing merupakan kegiatan yang cukup menarik karena dapat memacu adrenalin. Tidak hanya itu, materi-materi yang dipraktikkan dapat dijadikan sebagai pengalaman baru serta meningkatkan kemampuan dalam pemanjatan tebing. Lokasi pemanjatan yang berada di tebing Siung juga memeberi nilai tambahan. Pemandangan indah dan menarik yang disuguhkan menjadi bonus tersendiri selama berkegiatan. Terlebih lagi ketika berada diatas tebing, pemandangan pantai Siung dan luasnya samudra Hindia dapat membuat mata segar kembali serta bersyukur dan kagum terhadap ciptaan Tuhan.
Penulis : Muhammad Dwi Arfian