Eksplorasi Keindahan: Misteri Surga Tersembunyi Gua Macan Mati
Menelusuri gua merupakan kegiatan yang menarik untuk dilakukan oleh penjelajah alam, begitu mereka disapa. Sebanyak 5 anggota Wiramuda DIklatsar XLI GEGAMA telah mengikuti kegiatan Pendidikan Lanjut (DIKJUT) Divisi Penelusuran Gua. Kegiatan tersebut telah dilaksanakan pada tanggal 27-28 April 2024 di Gua Macan Mati. Gua Macan Mati merupakan salah satu gua vertikal yang berlokasi di Pacarejo, Desa Mentel, Semanu, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gua tersembunyi ini menawarkan berbagai keindahan ornamen yang ada, contohnya stalaktit-stalaktit yang mendominasi ornamen endokarst. Berdasarkan sejarahnya, Gua Macan Mati tersusun oleh batuan karst yang mengalami pelarutan dan proses erosi dalam waktu yang sangat lama. Hal tersebut makin meyakinkan bahwa kegiatan penulusuran gua bukan hanya perjalanan melintasi ruang, tetapi secara tidak langsung juga perjalanan melintasi waktu.
Gua vertikal merupakan gua yang dikategorikan berdasarkan jalan masuknya. Menjelajahi gua vertikal harus menggunakan teknik khusus penurunan gua vertikal berupa Single Rope Technique (SRT), yaitu teknik bergerak di lintasan vertikal dengan hanya menggunakan satu tali. Peralatan yang diperlukan dalam penurunan gua vertikal antara lain coverall, helm, sepatu boot, headlamp, tali, rigging set, SRT set, rescue set, dan tackle bag. Variasi lintasan dalam penelusuran gua vertikal dapat berupa intermediate atau rebelay dan deviasi. Kedua variasi tersebut merupakan materi pada Pendidikan Lanjut ini. Intermediate dibuat untuk menghindari gesekan dengan cara memasang anchor pada titik gesekan, sedangkan deviasi dibuat untuk menghindari gesekan dengan menarik lintasan menjauhi titik gesekan menggunakan carabiner dan webbing. Kelebihan lintasan deviasi, yaitu lebih cepat dipasang dan dilewati jika dibandingkan dengan intermediate, menggunakan lebih sedikit tali, tetapi variasi lintasan ini hanya dapat dilewati oleh satu caver dan tali utama lebih sering memantul. Tahapan penelusuran gua yang dilakukan caver, yaitu descending (turun) dan ascending (naik). Descending dilakukan dengan dengan urutan melewati intermediate, melewati deviasi, kemudian melewati simpul, sedangkan ascending dilakukan dengan urutan melewati simpul, melewati deviasi, kemudian melewati intermediate.
Anggota Wiramuda Diklatsar XLI GEGAMA yang turun dan menelusuri Gua Macan mati, yaitu Andhika (Lawe), Humai (Pleci), Elvanicky (Gemak), Sintya (Sikep), dan Nawasdipta (Bayan), kemudian ditemani oleh pengurus, yaitu Jariyan (Torong), Larasati (Tuntut), serta satu orang caveguard, yaitu Tsalsa (Kepek). Berbagai bentuk stalaktit yang unik dengan kategori masih hidup dan sudah mati banyak ditemukan dalam gua ini. Selain stalaktit, ada tanaman yang hidup di dalam gua ini. Misalnya talas dan tanaman merambat. Tanaman-tanaman tersebut tumbuh rimbun sehingga memengaruhi jenis tanah yang ada di dalam gua tersebut. Tanah di dalam gua berasal/terbentuk dari pelapukan ranting, daun, dan bagian tumbuhan lainnya sehingga tanahnya memiliki tekstur yang sangat gembur. Selain itu, dinding gua tersusun oleh batuan gamping dengan ciri berwarna putih pucat yang menandakan masih asli dan belum mengalami pelapukan. Di dalam gua juga ditemukan cangkang-cangkang siput, kelelawar, dan berbagai jenis serangga.
Perjuangan memang seringkali memerlukan pengorbanan dan ketabahan yang besar. Menuruni gua sedalam 60 meter tentu saja bukanlah hal yang mudah. Rasa takut, gelisah, kegelapan, atau tantangan lainnya sering datang dengan sendirinya. Namun, keberhasilannya menjadi bukti bahwa kami mampu mengatasi setiap rintangan yang ada.
Penulis: Sintya Cindyani Fatika alias Sikep
Editor: Clara Alverina alias Rikuh