DIKJUT II Divisi Penelusuran Gua GEGAMA merupakan suatu bagian dari serangkaian kegiatan pendidikan bagi anggota wiramuda XL GEGAMA setelah DIKLATSAR. Acara DIKJUT II dilaksanakan dari tanggal 16 hingga 18 Juni 2023 di Gua Sibodak, Purworejo, Jawa Tengah. Kegiatan DIKJUT II Divisi Penelusuran Gua diikuti oleh 18 anggota, dengan nama-nama seperti Rifki (Tembing), Kiki (Dakon), Gita (Lepa), Jariyan (Torong), Larasati (Tuntut), Naufal (Tulup), Abror (Kimpul), Tsalsa (Kepek), Ryana (Idhep), Haqi (Katur), Furqon (Celung), Maulydia (Mundhu), Nabila (Manggar), Yordan (Pudhak), Tri (Juwis), Eswa (Peni), Savrida (Rampe) dan Aprilia (Jeprak). Materi yang diajarkan dalam DIKJUT II mencakup rigging dan cleaning.
Rigging dalam penelusuran gua melibatkan penggunaan sistem dan peralatan khusus untuk memasang tali, pengaman, dan perangkat lainnya guna mendukung kegiatan eksplorasi di dalam gua. Rigging ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan kelancaran pada lintasan untuk penelusuran gua. Pada rigging terdapat beberapa variasi jalur yang digunakan. Dalam DIKJUT II kali ini menggunakan variasi jalur intermediate dan deviasi.
Pembuatan jalur rigging dengan metode Alpine Style, keselamatan menjadi prioritas utama dan perhatian harus diberikan pada menghindari tali bersentuhan dengan dinding gua. Beberapa variasi jalur seperti intermediate dan deviasi digunakan untuk menghindari hal tersebut. Pembuatan jalur intermediate yaitu agar menghindari gesekan dengan memasang anchor di titik gesekan pada dinding gua. Di Gua Sibodak, intermediate dapat ditempatkan antara backup anchor yang terhubung ke pohon dan main anchor yang ditempatkan pada tonjolan batu di mulut gua. Untuk mengikat backup anchor, simpul bowline dipakai, sementara simpul delapan dipakai untuk mengikat main anchor. Kemudian, simpul delapan dihubungkan ke webbing yang telah diikat dengan simpul pita menggunakan carabiner delta screw. Deviasi adalah variasi jalur lainnya yang dipakai untuk menjauhkan jalur dari titik gesekan dengan memakai carabiner dan webbing yang ditempatkan pada titik seperti batu berlubang. Selain menjaga tali agar tidak bergesekan, seorang rigging man perlu membuat simpul butterfly pada menjelang akhir lintasan. Tujuan dibuat simpul tersebut yaitu agar menjadi stopper.
Setelah terbuatnya jalur yang aman oleh rigging man, tugas dari second man yaitu melakukan pengecekan kembali pada jalur dan memastikan kekuatan anchor dan memastikan kebenaran simpul. Setelah jalur jalur selesai digunakan dilakukan cleaning atau pembersihan jalur. Proses cleaning dilakukan pada akhir penelusuran gua setelah semua anggota telah naik. Pembersihan jalur atau cleaning dilakukan secara bertahap dengan memasukkan tali pada tackle bag dan membersihkan peralatan rigging dan deviasi. Proses cleaning tidak disarankan dengan menarik tali dari atas gua, karena dapat menimbulkan friksi pada tali.
Proses rigging membutuhkan kepercayaan dan tekad yang tinggi atas keamanan lintasan yang telah dibuat. Kepercayaan diri seorang rigging man dibutuhkan agar kegiatan tersebut bisa berjalan dengan lancar. Penempatan anchor yang presisi dan pas dibutuhkan agar tidak membahayakan anggota penelusur gua yang lainnya. Pemberian materi, arahan dan latihan yang cukup menjadikan kepercayaan lebih dan tidak adanya kendala yang berarti. Cuaca yang cerah dan sedikit berawan membuat semangat kami tidak luntur dalam berkegiatan.
Penulis: Muhammad Zidan Al Abror