MAPALA GEGAMA UGM Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi
Sampai Batas Kami Tak Mampu Lagi

Eksplorasi Dan Pemetaan Gua Anjani

     Hari Sabtu dan Minggu, tanggal 6-7 November 2021, Divisi Penelusuran Gua GEGAMA melaksanakan kegiatan Pemantapan Operasional (MATRAS) di Gua Anjani yang terletak di Dusun Somoroto, Kelurahan Tlogoguwo, Kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Penelusuran Gua ini diikuti oleh anggota wiramuda sebanyak 11 orang, yaitu Rifki (Tembing), Majid (Gatheng), Dea (Bekel), Kiki (Dakon), Azizah (Randai), Annis (Asak), Fahri (Posoy), Igoh (Dampu), Pudy (Ligu), Wafiq (Sepa), dan Zakiyatul (Canang) serta anggota aktif lainnya sebanyak 6 orang, yaitu Gita (Lepa), Haris (Baito), Heldi (Doti), Soenja (Solu), Merlina (Embal), dan Ika (Epe).  Kegiatan ini bertujuan untuk memantapkan materi dasar dan teknik penelusuran gua yang terdiri dari, Etika dan Bahaya Penelusuran Gua, Penggunaan Alat Penelusuran Gua, Pemetaan Gua (pengambilan, pengolahan, dan penyajian data), Hidrologi Endokarst, Teknik Penelusuran Gua Horizontal (TPGH), Biospeleologi (zona gua dan hewan gua), Sepeogenesis, Ornamen Gua, Geomorfologi Karst, Hidrologi Eksokarst, dan Karakteristik Lingkungan di Sekitar Gua.

   Pelaksanaan MATRAS Penelusuran Gua ditujukan untuk memperdalam materi dasar Divisi Penelusuran Gua kepada anggota wiramuda DIKLATSAR XXXVIII GEGAMA. Kegiatan diawali dengan persiapan alat pengaman, seperti helm, pelampung, webbing, carabiner, dan sepatu boots, serta alat – alat lain yang akan digunakan dalam Penelusuran Gua nantinya. Dilanjutkan dengan pemanasan dan pemantapan materi Etika dan Bahaya Penelusuran Gua.

     Kegiatan dilanjutkan dengan mempersiapkan alat  Pemetaan Gua yang dilakukan setelah sampai di depan mulut Gua Anjani. Adapaun alat – alat yang digunakan dalam Pemetaan Gua, seperti Kompas bidik, clinometer, meteran, papan jalan, kertas kalkir, alat tulis (pensil, penghapus, dan penggaris), kompas silva, dan penggaris busur . Pelaksanaan Pemetaan Gua dilakukan dengan pembagian tugas yang dibagi ke dalam lima peran, yaitu shooter, stationer, meterman, descriptor, dan sketcher. Shooter berperan dalam membidik objek, yaitu stationer, sehingga sudut azimuth dan sudut vertikal dari satu stasiun dapat ditentukan. Stationer berperan sebagai objek yang dibidik oleh shooter, sehingga sudut back azimuth dapat ditentukan. Selain itu, stationer juga membidik sudut kanan dan kiri, serta belakang dari stationer (jika diperlukan) untuk mengukur lebar lorong gua. Metermen berperan untuk mengukur jarak menggunakan meteran. Adapun jarak yang dihitung yaitu jarak antar stasiun (dari shooter menuju ke stationer), jarak kanan dan kiri stationer, dan jarak belakang stationer (apabila ada belokan). Descriptor bertugas untuk mencatat hasil pengukuran yang dilakukan oleh shooter, stationer, dan metermen. Kemudian, dari hasil pengukuran yang telah dicatat oleh descriptor dibuat sketsa gua yang terdiri dari dua jenis, yaitu sketsa gua tampak atas dan tampak samping. Kedua sketsa tersebut ini digambar oleh seorang bernama sketcher. Kegiatan pengambilan data pemetaan gua ini dilakukan dengan metode forward, yaitu metode pemetaan gua dimana tidak ada pergantian antara shooter (pembaca alat) dan stationer (target). Saat shooter selesai melakukan pembacaan pada stasiun pertama, shooter kemudian dapat berpindah ke stasiun dua dan stasioner berpindah ke stasiun berikutnya. Hal tersebut dilakukan secara berulang sampai ke stasiun terakhir.

     Setelah Pemetaan Gua, dilanjutkan dengan pemantapan materi Teknik Penelusuran Gua Horizontal atau TPGH. Untuk menelusuri Gua Anjani ini, dilakukan teknik Penelusuran Gua seperti jalan tegak, jalan membungkuk, jalan jongkok, merangkak, dan merayap. Setelah melakukan penelusuran cukup lama, sampailah pada zona gelap total. Hal ini disebabkan oleh kondisi gua yang terletak jauh dari mulut gua sehingga sinar matahari yang masuk menjadi terbatas sampai tidak bisa sama sekali. Gua yang berawal dari proses solusional, yaitu pelarutan batuan setelah adanya pengangkatan oleh aktivitas geologi, ini diperkirakan pernah mengalami banjir yang dibuktikan dengan adanya pengendapan material di bagian atas langit-langit gua. Aliran air bawah tanah di gua ini tergolong perenial atau tersedia terus – menerus. Dalam penelusuran kali ini ditemukan beberapa hewan seperti kekelawar, laba – laba, kalajengking, dan hewan serangga lain. Selain itu, ditemukan juga Ornamen Gua seperti flowstone: gordyn, draperis, gourdam; dan dripstone: stalaktit, stalakmit, dan straw.

     Penelusuran dilanjutkan dengan perjalanan kembali ke pintu gua. Setelah keluar dari gua, dilanjutkan pemantapan materi Karakteristik Lingkungan di Sekitar Gua. Dijelaskan bahwa kondisi vegetasi di sekitar gua memiliki kerapatan yang tinggi, serta terdiri dari tumbuhan, seperti pohon bambu, pohon kelapa, dan lain – lain. Seluruh informasi yang didapatkan dari gua, mulai dari pemetaan sampai penelusuran gua, dibawa kembali ke basecamp, yaitu Balai Desa Tlogoguwo. Kemudian, alat – alat yang telah digunakan untuk penelusuran dicuci dan dilanjutkan bersih diri dari anggota penelusuran, serta istirahat sholat dan makan. Terakhir, persiapan untuk perjalanan pulang.

Penulis: Rizki Nurvitasari dan Igoh Dayaning Adiwibowo