Artikel Dikjut 1 Gunung Hutan 2025 – Batu Licin Di Balik Rimba Sindoro
Pada pertengahan Mei 2025 lalu, Mapala GEGAMA divisi Gunung Hutan melaksanakan kegiatan Pendidikan Lanjut 1 (DIKJUT 1) di Gunung Sindoro via Watu Lunyu. Pendidikan lanjut (DIKJUT) merupakan bagian dari pendidikan wajib yang ditujukan kepada anggota Wiramuda DIKLATSAR XLII GEGAMA. Pada kegiatan DIKJUT 1 Gunung Hutan ini disampaikan materi pendakian dan pemetaan jalur pendakian. Sebelumnya, proses pembuatan peta dilakukan terlebih dahulu dengan bersumber dari peta kontur Jawa Tengah, kemudian dilakukan layouting peta menggunakan ArcGIS. Selanjutnya, selama di jalur pendakian dilakukan record tracks dengan GPS menggunakan Avenza Maps.
Kegiatan DIKJUT 1 Gunung Hutan diikuti oleh 17 orang beranggotakan Anggota Wiramuda, meliputi Salwa (Sula), Allysa (Sepah), Sasa (Rumbai), Nadia (Jelai), Leyna (Rokan), Melati (Kandis), Naufal (Kampar), Fariel (Bone), Jeihan (Opak), Bayu (Poso), dan Danar (Arau). Dan juga Anggota Biasa yang Aktif GEGAMA yaitu Aina (Punai), Aufa (Kacer), Tasya (Timor), Nindy (Cegar), dan juga Anggota Pasca yaitu Al Mahad (Mandau) dan Zakiyatul (Canang). Namun, akibat adanya kepentingan lain yang tidak dapat ditinggal, Canang dan Mandau tidak berangkat bersama rombongan dan menyusul keesokan hari nya.
Pendakian Gunung Sindoro via Watu Lunyu dimulai pada Sabtu pagi, 17 Mei 2025. Cuaca cerah menyabut pendakian kami menuju Pos 1 kala itu. Setibanya kami di Pos 1, kami bertemu beberapa rombongan pendaki yang membersamai kami, baik yang camping ataupun tektok. Di antara Pos 1 dan Pos 2 sindoro via Watu Lunyu, terdapat sebuah mata air dengan tepian berbatu dan berlumut yang tentu saja membuatnya licin. Batuan licin inilah yang menjadi nama jalur pendakian ini menjadi watu lunyu. Mata air ini cukup membantu menambah persediaan logistik kami selama pendakian.
Singkat cerita, kami melanjutkan pendakian menuju Pos 5 untuk mendirikan tenda. Medan menuju Pos 5 ini cukup bervariasi dari landai sampai sangat terjal hingga membutuhkan tali untuk menjaga keseimbangan. Setibanya kami di Pos 5, kami beristirahat dan mendirikan tenda sembari menunggu Canang dan Mandau tiba. Cuaca petang kala itu sedang cerah sampai sampai kami dapat melihat hamparan bintang di langit dan juga pemandangan malam dari lampu-lampu di kota sekitar.
Dini hari, kami melakukan summit menuju puncak, namun Canang memutuskan untuk tidak ikut summit sembari beristirahat. Singkat cerita, kami pun berangkat dari pos 5. Melewati Camp Area Batu Gadjah, pos terakhir (Pos 6), Pohon Satu, Kayu Kembar, dan Taman Edelweiss. Medan selama summit di dominasi oleh tanjakan curam dan beberapa bagian landai. Sayangnya, kami belum sampai di puncak ketika matahari terbit tiba.
Sebelum mencapai puncak, terdapat beberapa sumber panas bumi yang mengeluarkan uap hangat disana. Singkat cerita, kami di sambut oleh plakat bertuliskan puncak 3153 MDPL sindoro yang menandakan kami telah sampai di puncak. Rasa lelah yang selama ini menghantui kami hilang seketika. Tembok kabut yang menutupi gunung sumbing di seberang pun ikut menghillang setibanya kami di puncak. Namun, waktu yang kami miliki di puncak tidaklah lama. Sebab, pada pukul 10 pagi gas sulfur beracun dari kawah Sindoro mulai naik dan berbahaya bagi manusia jika berlebihan.
Penulis : Danar Abisatya Hidayat
Editor : Tasya Cahya Ananda