Angkatan DIKLATSAR XLII GEGAMA, Siap Mengalir Deras Tanpa Batas
Mapala GEGAMA baru saja menyelesaikan kegiatan DIKLATSAR ke XLII pada Minggu, 19 Januari 2025 sebagai bentuk implementasi terhadap materi yang telah disampaikan pada materi ruang sebelumnya dan penerapan nilai-nilai kepencintaan alam kepada para peserta DIKLATSAR tahun ini yang berjumlah 20 orang. Kegiatan ini dilaksanakan selama 5 hari dan bermula pada tanggal 15 Januari hingga 19 Januari 2025, dengan titik kumpul fakultas geografi UGM. Kegiatan diawali dengan pengecekan barang bawaan peserta yang bertujuan untuk meminimalisir bobot barang bawaan dan sampah plastik serta kondimen lainnya yang tidak dibutuhkan.
Selama proses pengecekan berlangsung para panitia tidak henti-hentinya untuk mengingatkan bahwasanya mapala GEGAMA bukan hanya sekedar organisasi melainkan sebuah keluarga dan perkumpulan para mahasiswa dan alumni yang peduli terhadap alam. Setelah selesai kegiatan dilanjutkan dengan acara pelepasan oleh pihak fakultas yang saat itu dihadiri oleh bapak Dr. Indranova Suhendro, S.T.,M.Sc., Beliau berpesan agar saling menjaga antar peserta diklat dengan para panitia yang ada di lapangan demi menghindari kemungkinan yang dapat menghambat jalannya kegiatan nanti, pelepasan ini juga dihadiri oleh para PAGEGA atau alumni dari GEGAMA yang meluangkan waktu ditengah kesibukannya masing-masing.
Setelah acara pelepasan oleh para PAGEGA dan pihak fakultas, kami melanjutkan kegiatan dengan menempuh perjalanan dari Yogyakarta ke Magelang kurang lebih selama 2 jam dengan kendaraan berupa truk mengingat barang bawaan kami berupa carrier dengan kapasitas 60 liter. Di Magelang kami bertujuan di sebuah sungai yang cukup terkenal di kalangan pecinta rafting, tepat nya di Sungai Elo yang terletak di dusun Pare, desa Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Sungai ini merupakan anakan dari Sungai Progo dengan klasifikasi Jeram kelas II dan III. Sesampainya disana kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendirikan bivak, memasak, dan beristirahat. Kami menggunakan ilmu dan keterampilan yang kami peroleh selama materi dan simulasi ruang yang merupakan pembekalan awal bagi para calon peserta Diklatsar. Pada pagi hari, tepatnya pada 16 Januari 2025, kami memulai kegiatan arung jeram atau rafting di Sungai Elo. Kami awali dengan melakukan pemanasan guna menghindari cedera otot atau sendi pada saat berkegiatan nantinya.
Arung Jeram Sungai Elo kami mulai dengan renang jeram aktif dan pasif. Hal ini bertujuan untuk rescue pertama ketika kami mengalami flip flop ditengah arung jeram nantinya, kami juga melakukan latihan rescue dengan menggunakan throwing bag. Setelah pemanasan dan simulasi rescue selesai, kami memulai kegiatan arung jeram di Sungai Elo. Dengan klasifikasi jeram kelas II dan III, hal ini cukup menantang adrenalin kami yang pada umumnya baru pertama kali mencoba rafting. Debit sungai yang stabil dan cuaca cerah yang sangat mendukung menambah semangat para peserta Diklatsar. Setiap boat terdiri dari 3-4 peserta dan 2 senior sebagai pendamping. Para peserta sudah menguasai teknik dayung yang telah diajarkan pada simulasi materi ruang sebelumnya ada 4 yaitu: dayung tarik, dayung maju, dayung mundur, dan dayung pancung.
Setiap jenis dayung memiliki fungsi dan penggunaan pada waktu yang berbeda sehingga dalam setiap perahu akan ada yang memberikan perintah kapan mulai serta dayung apa yang dibutuhkan. Sepanjang arung jeram, para senior akan menjelaskan tentang morfologi dan vegetasi yang ada di Sungai Elo. Sungai Elo mengalir dari lereng Gunung Merapi hal ini yang membuat sungai ini menjadi permanen atau sungai dengan debit air yang relatif stabil dan konstan sepanjang waktu. Vegetasi di sepanjang sungai elo didominasi oleh tumbuhan bambu hal ini merupakan bentuk hubungan sebab akibat antara komponen biotik dan abiotik, tumbuhan bambu membutuhkan air dalam jumlah yang banyak untuk kelangsungan hidupnya dan Sungai Elo membutuhkan bambu sebagai penahan tebing agar terhindar dari terjadinya erosi di sepanjang aliran.
Adapun untuk kondisi morfologi sekitaran sungai elo batuannya didominasi oleh batuan sedimen, metamorf, endapan dengan formasi susunan bertingkat. Dan untuk kenampakan lainya terdapat standing wave, pillow, bottleneck dan point bar. Total panjang arung jeram yang kami lewati adalah sekitar 7 km dari start hingga ke Jambean. Setelah dari arung jeram kami istirahat sejenak melanjutkan kegiatan kami dan bergeser dari Sungai Elo ke kaki Gunung Merbabu.
Fokus kegiatan DIKLATSAR selama di Merbabu adalah hutan gunung dan cara untuk bertahan hidup (survival) yang telah disampaikan dalam materi ruang sebelumnya. Kami sebagai peserta diharapkan dapat memanfaatkan sumberdaya serta menjaga alam dengan sebaik mungkin. Kegiatan diawali dengan long march dari lapangan menuju titik yang telah ditentukan. Trekking dimulai pada malam hari dengan pembagian menjadi beberapa kelompok, dalam perjalanan banyak tantangan yang harus kami hadapi, tetapi pada akhirnya kami sampai.
Rangkaian selanjutnya kami melakukan survival mulai dari mencari minum, makan, membuat bivak alami dari dedaunan, dan kami juga melakukan metode potong kompas yang bertujuan untuk mempersingkat jalan yang telah ada serta metode interseksi dan reseksi guna menentukan posisi saat itu dan suatu objek. Selama kegiatan berlangsung, kami sempat merasakan sulitnya bertahan hidup di alam, tetapi pepatah mengatakan, “Kami berangkat bersama dan akan pulang bersama”, yang diucap oleh Bone.
Kami sebagai peserta DIKLATSAR XLII GEGAMA tentu telah di bekali dengan kemampuan survival dari awal yang dilakukan untuk mempersiapkan kami untuk menghadapi beragam kondisi yang akan terjadi kedepannya. Kami menghabiskan 2 hari 3 malam di Merbabu, dan pada hari terakhir, tepatnya pada Minggu, 19 Januari 2025 sekitar pukul 10.00 WIB, kami mulai turun dari area survival dan melaksanakan upacara pelantikan. Kami peserta DIKLATSAR XLII GEGAMA resmi dilantik yang beranggotakan 20 orang yaitu:
- Reswara Jeihan Madani alias Opak (ketua angkatan BAJA NIRKALA)
- Salsabila Putri Rahmadhani alias Musi
- Dionisius Prabandana Gusti Aryadewa alias Tallo
- Nadia Ingridia Sutono alias Jelai
- Sulthoni Abbas alias Gasan
- Hamna Attirami alias Anai
- Nur Ikhsan Maulana alias Mapi
- Nabila Nailul Muna alias Serai
- Naufal Tamam alias Kampar
- Leyna Niswati Khulka alias Rokan
- Danar Abisatya Hidayat alias Arau
- Yoel Panji Kristianto alias Pawan
- Putri Yuwan Ginong Pratidina alias Sampit
- Sultan Nur Fadhillah alias Digul
- Aurellia Rahma Putri alias Wampu
- Tri Bayu Aji alias Poso
- Melati Sri Wulandari alias Kandis
- Fariel Ahdika Djiani alias Bone
- Helen Luna Kholifah alias Kawa
- Mochammad Rafli Nur Setiawan alias Toru
Setelah pelantikan usai, kami menyanyikan lagu kebanggaan Mapala GEGAMA yaitu “Gegama Kita” dan setiap sepenggal liriknya benar-benar kami rasakan bersama, kami berangkat dengan total 20 calon wiramuda dan pulang sebagai 20 wiramuda. Benar kata GEGAMA, “Sampai batas kami tak mampu lagi“, dan dari kami pun meneriakkan,
“Mengalir Deras, Tanpa Batas!”
Penulis : Melati Sri Wulandari
Editor : Tasya Cahya Ananda