Berdasarkan jalan masuknya, jenis gua digolongkan menjadi dua, yaitu secara vertikal dan horizontal. Dalam penelusuran gua vertikal diperlukan teknik khusus, salah satunya adalah Single Rope Technique (SRT). SRT merupakan suatu teknik untuk melintasi lintasan berupa tali dengan berbagai alat.
Penyusuran gua ini dilakukan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan pada tanggal 9 – 10 September 2022. Kegiatan ini dilaksanakan di Gua Macan Mati yang berlokasi di Paracejo, Desa Mentel, Semanu, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan diikuti oleh tiga anggota biasa yang aktif, yaitu Johan (Lawar), Gita (Lepa), dan Rifki (Tembing) serta tiga anggota wiramuda, yaitu Aulia (Tinting), Kiki (Dakon), Dea (Bekel), dan Naufal (Tulup).
Materi yang disampaikan pada pendidikan ini adalah variasi lintasan meliputi intermediet, deviasi, dan simpul. Intermediete yang digunakan berada di antara back up anchor dan main anchor yang keduanya berada di celah batuan. Deviasi dibuat menggunakan sling dari webbing, COS, dan CONS yang dipasang di pohon di dalam gua serta simpul yang digunakan yaitu simpul kupu-kupu.
Secara morfologi gua ini memiliki kedalaman kurang lebih 45 meter. Waktu yang dibutuhkan untuk menuruni lintasan pada gua ini sekitar 15 menit dan untuk menaiki lintasan ini membutuhkan waktu 30 menit. Pendidikan ini dimaksudkan untuk mendidik tiga anggota, yaitu Tembing, Dakon, dan Bekel. Ketiga anggota telah berhasil dan menyelesaikan pendidikan variasi lintasan ini dengan baik. Selain menuruni lintasan, ketiga anggota juga melakukan penelusuran gua dengan mengamati morfologi serta keanekaragaman hayati di dalam gua. Gua Macan Mati didominasi dengan stalagtit dan stalagmit. Selain itu, di dalam gua ini juga terdapat beberapa hewan, seperti kelelawar dan bekicot serta tumbuhan, seperti talas.
Penelusuran berikutnya dilaksanakan untuk kegiatan Pendidikan Lanjut (DIKJUT) 2 Divisi Penelusuran Gua pada 25 September 2022. Kegiatan ini dilaksanakan di Gua Sibodak, Katerban, Donorejo, Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah dan diikuti oleh tiga anggota biasa yang aktif, yaitu Johan (Lawar), Gita (Lepa), dan Rifki (Tembing) serta empat anggota wiramuda, yaitu Naufal (Tulup), Stefani (Karih), Kiki (Dakon), dan Dea (Bekel).
Materi yang disampaikan pada pendidikan ini yaitu rigging dan cleaning. Materi ini dikombinasikan dengan teknik variasi lintasan dalam pembuatan jalur, seperti intermediate, deviasi, dan simpul. Kegiatan penelusuran gua diawali dengan rigging yang dilakukan oleh Dakon dengan Lepa bertugas sebagai caveguard. Penelusur kedua yang turun yaitu Bekel sebagai secondman. Anggota yang telah turun kembali ke atas gua yang dimulai oleh Bekel. Kemudian cleaning jalur dilakukan oleh Dakon. Setelah itu, rigging kedua dilakukan oleh Bekel dengan Tembing sebagai secondman. Selanjutnya, rigging terakhir dilakukan oleh Tembing dengan Dakon sebagai secondman serta Lawar sebagai caveguard. Dua anggota lain, yaitu Karih dan Tulup diberikan amanah untuk melakukan penjagaan alat dan mendapatkan materi dasar penelusuran gua yang disampaikan oleh Dakon.
Kegiatan ini berjalan dengan baik dan tiga anggota wiramuda dapat mengaplikasikan materi rigging dan cleaning pada penelusuran gua vertikal. Berbagai kendala dialami oleh wiramuda, seperti kesulitan dalam menentukan posisi untuk membuat anchor, kelelahan saat melakukan ascending, serta beberapa kesulitan lain saat membuat dan melewati lintasan. Meskipun begitu, anggota wiramuda dapat mengatasinya dengan baik.
Penulis : Rizki Nurvitasari dan Dea Amalia Sari